Tanpa dering ponsel. Tidak pula terdengar suara pemberitahuan dari gadget. Hanya terdengar hingar bingar anak-anak yang sedang memainkan permainan tradisional. Meski peluh yang bercucuran, coreng moreng di wajah maupun kotor pada pakaian, tangan serta kaki mereka, tetapi inilah dunia anak-anak. Wajah polos itu bebas mengekspresikan keceriaan mereka, dan itulah yang saya rindukan di era digitalisasi ini.
Wajar saja sebagai generasi 90-an, kerinduan saya dengan dunia anak yang sibuk bermain dengan teman-teman sebaya mereka, ternyata tidak terulang sepenuhnya pada jaman now ini. Kebanyakan anak-anak sekarang sibuk dengan gadget. Entah itu untuk berfoto selfie atau wefie, membuat konten video untuk diunggah ke platform media sosial, maupun “mabar” main bareng melalui game online.
Bahaya Gadget untuk Perkembangan Anak
Kecanduan gadget yang bisa berdampak pada minimnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar ini, memang mengkhawatirkan. Apalagi bila terjadi pada anak-anak yang nota bene, mereka sedang masa tubuh kembang yang seharusnya bisa lebih optimal dengan melakukan permainan tradisional di ruang terbuka dan dekat dengan alam, serta bersosialisasi dengan teman-teman seusia mereka.
Data yang saya rangkum dari situs CNBC Indonesia menunjukkan, Indonesia berada di posisi pertama di dunia screen time gadget paling lama. Durasi hariannya hingga 5 jam lebih setiap harinya. Tentunya hal ini berdampak pula penggunaan gadget pada anak-anak.
Anak-anak bisa lama dengan gadget-nya, dikarenakan tidak atau kurangnya perhatian keluarga, sekolah, dan lingkungan terhadap mereka. Dampak negatif dari pembiaran gadget terus menerus adalah anak-anak mengalami masalah konsentrasi, keterampilan motorik, dan perkembangan bahasa.
Bukan itu saja, perkembangan fisik dan mental, serta sosial mereka dapat terganggu. Anak-anak yang kecanduan gadget dapat terpapar konten judol, konten pornografi dan hal-hal kekerasan yang belum pantas untuk usia mereka. Oleh karena itu, perlunya anak-anak dialihkan dari gadget dengan cara:
- Penguatan komunikasi antar keluarga di rumah, lingkungan dan sekolah.
- Batasi penggunaan gadget pada anak dan orangtua konsisten untuk tidak menggunakan gadget di hadapan anak.
- Banyak menghabiskan waktu bersama antara anak dan orangtua di rumah.
- Melakukan aktivitas fisik dan sosial di luar rumah, misalnya melakukan hobi yang menyenangkan, bermain dengan teman sebaya, serta menyediakan alat permainan yang kreatif.
Penghargaan SATU Indonesia Awards
Saya pikir, tidak akan lagi menemukan informasi tentang anak-anak yang sibuk dengan permainan tradisional. Nyatanya pemikiran tersebut dapat dibantahkan dengan adanya Kampung Lali Gadget yang digagas Achmad Irfandi. Pemuda asal Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur ini peraih SATU Indonesia Awards untuk kategori individu bidang Pendidikan pada tahun 2021, dan juga membawa Kampung Lali Gadget meraih penghargaan SATU Indonesia Awards, sebagai Kampung Berseri Astra.
SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards merupakan penghargaan yang diinisiasi oleh PT Astra International Tbk setiap tahunnya, kepada pemuda/pemudi berprestasi dan desa/kampung yang telah berkontribusi positif bagi lingkungan sekitar.
Penghargaan yang berlangsung semenjak tahun 2011 ini diberikan, melalui kompetisi yang dinilai oleh para dewan juri yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Lima kategori bidang yang bisa diikuti yaitu bidang Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Teknologi, dan Kewirausahaan. Khusus pada tahun 2020 ditambah satu kategori yaitu Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19.
Berakar dari Keresahan yang Membawa Kebermanfaatan
Rasa resah melihat keadaan yang tidak semestinya mungkin dirasakan oleh siapa saja. Namun yang berani untuk mewujudkannya menjadi langkah nyata, dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar inilah, perlu seseorang tangguh dan tempat yang mendukung.
Dialah Achmad Irfandi, keresahan yang dirasakannya karena melihat anak-anak di lingkungannya bermain gadget, menjadi pelecut untuk menggagas berdirinya Yayasan Kampung Lali Gadget pada tahun 2018. Informasi manis yang saya baca dari situs kominfo.jatimprov.go.id itu memberikan harapan bahwa anak-anak bisa beraktivitas dan bersosialisasi tanpa gadget.
“Dari namanya, Kampung Lali Gadget, kami ingin anak-anak merasakan permainan tradisional, belajar banyak nilai kebersamaan, kepemimpinan, dari permainan yang ada. Selama di sini, mereka akan lupa dengan gadget” ~ Achmad Irfandi.
Anak-anak bisa datang sendiri ke Kampung Lali Gadget, maupun ditemani oleh orang tua mereka. Berbagai aktivitas dapat dilakukan di kolam bermain, pendopo baca dan ikut bermain permainan tradisional.
“Untuk permainan kami ada yang berkaitan dengan kesenian hingga outbound di sawah maupun permainan lapangan lain yang menyenangkan bagi anak. Semua membuat mereka lupa dengan gadget dan fokus bermain bersama teman-temannya” ~ Achmad Irfandi.
Ragam permainan tradisional yang dapat dimainkan di Kampung Lali Gadget ini seperti benteng, egrang, kinciran, congklak, ketapel, dolanan masakan, dan masih banyak lainnya. Di sana anak-anak dapat sejenak lali (bahasa Jawa yang berarti lupa) dengan gadget mereka, dan merasakan betapa indahnya masa kecil yang diisi dengan bersosialisasi, membaca, dan bermain yang sekaligus turut melestarikan permainan tradisional.
Kampung Lali Gadget tidak hanya menyediakan permainan saja. Achmad Irfandi dibantu oleh rekan-rekannya menjadi fasilitator edukasi, perencana, pendamping di sini, sehingga dapat mendukung anak-anak untuk terlepas dari ketergantungannya terhadap gawai.
Dari SIA 2021 Berlanjut ke Indonesia's SDGs Action Awards 2024
Tak ada yang mudah untuk melangkah dan mewujudkan suatu harapan yang baik. Tantangan akan selalu menghadang sebagai ujian untuk bisa maju dan lebih meningkat. Hal serupa dirasakan oleh Yayasan Kampung Lali Gadget dengan menghadapi berbagai tantangan dari masalah pendanaan, hingga mindset warga sekitar.
Namun, ketabahan dan ketekunan melalui program berkelanjutan kampung yang berlokasi di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo ini memberikan hasil yang positif. Berdatangannya dukungan dari berbagai pihak, termasuk pula anak-anak yang berangsur-angsur lali dengan gadget.
Tak sampai di situ, dari meraih SATU Indonesia Awards, Kampung Lali Gadget makin kukuh berkembang mendapatkan penghargaan Terbaik ke-3 di Indonesia’s SDGs Action Awards 2024 kategori Organisasi Masyarakat Sipil. Hal ini, sejalan dengan cita-cita Astra dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia. Inspirasi manis ini dapat menjadi teladan bagi kita, bahwa lingkungan memiliki pengaruh kuat untuk masa depan anak-anak.
Dunia anak-anak adalah masa bermula menyalanya cahaya kehidupan. Bila lingkungan dan rumahnya memberikan taburan kasih sayang dan keceriaan yang sesuai dengan usia mereka, maka terangnya kehidupan akan mendampingi masa depan mereka. Namun bila sebaliknya, maka suramnya kehidupan akan terus menaungi dan untuk memperbaiki cahaya redup itu tak akan mudah dilakukan. ~ Fenni W
Sumber:
- https://www.instagram.com/kampunglaligadget/
- https://www.astra.co.id/press-release/astra-terima-penghargaan-indonesias-sdgs-action-awards-2024
- https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240118105124-39-506880/kecanduan-ponsel-warga-ri-tertinggi-sedunia-anak-anak-jadi-korban
- https://kanal.psikologi.ugm.ac.id/anak-kecanduan-gadget-mengapa-dan-bagaimana-mengatasinya/
- https://kominfo.jatimprov.go.id/berita/kampung-lali-gadget-ajak-anak-kenali-permainan-tradisional-dan-kearifan-lokal
13 komentar
Sekhawatir itu anak2ku kecanduan gadget.
Sebab di rumah aku tak mampu sepenuhnya kontrol pemakaiannya..
Duuh gimana yaa caranya supaya anak2 tetep melek teknologi tanpa make gadget?
Smoga banyak lahir kampung lali gadget lainnya di seluruh indonesia sampe pelosok2. Aamiin....
Dengan konsep dan tindakan nyata yang dihadirkan oleh Kampung Lali Gadget, saya (sangat) setuju jika mereka mendapatkan SDGs Action Awards 2024. Karena Kampung Lali Gadget sudah membuktikan secara langsung bahwa kegiatan mereka benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya anak-anak, para generasi penerus bangsa.
Andaikan semakin banyak masyarakat membangun komunitas lali gadget seperti ini
Karena sebetulnya banyak ortu yang pingin keluarganya lepas dari adiksi terhadap gadget, sementara lingkungan gak mendukung
Anak-anak yang baik dalam tubuh kembang memang sebaiknya banyak berinteraksi dengan teman atau sahabat dan alam.
Perlu ditiru dan diterapkan juga di tempat lain nih! Thanks infonya Kak.
Perlu ditiru dan diterapkan juga di tempat lain nih! Thanks infonya Kak.
Kalopun ga bisa THN ini, aku usahain THN depan bisa ke kampung lali gadget ini