Waktu rejekingalir.com belum engeh dengan nama Brick Game. Kala itu dipanggilnya Tetris atau Gimbot oleh teman-teman sekaligus tetangga saya. He em, saya memainkannya berkat dipinjamkan oleh dirinya. Sebut saja namanya mbak M.
Kilas Balik dengan Game Legend Ini
Kok bisa dipinjamkan? Memangnya gak punya?
Iya bener, tidak punya, hehe.
Alasannya karena saya masih piyik dan masih SD, sehingga tidak diperbolehkan main game seperti itu. Takut menggangu belajar. Jadilah pinjam Tetris milik mbak M tersebut.
Uniknya, bukan saya yang main ke rumahnya. Malah beliau yang main ke rumah saya membawa itu Tetris. Sehingga tidak terlalu ketahuan sama orangtua kalau saya sedang main bareng teman tapi main Tetris, hehe.
Nah, ketika sudah besar, yaitu duduk di bangku SMA, baru deh diperbolehkan. Sebab anggapannya saya sudah bisa membagi waktu kapan main dan kapan belajar.
Kalau diingat-ingat, memang ada bagusnya saat kecil itu saya dilarang main game, karena ternyata saya itu tipe yang kalau udah main game bisa makan waktu tapi gak lupa makan siang, asiik.
Umur pun bertambah, dan sudah mengenal aplikasi android sampai punya gawai sendiri, teringat sama game klasik ini, yang ketika search di Play Store namanya Brick Game dengan berbagai versi, tergantung siapa developer-nya.
Ada pula yang namanya Tetris, Block Blast, Block Puzzle, Teka-teki Kayu Blok, Wood Block Puzzle dan sebagainya. Hanya saja menurut rejekingalir.com kurang legend dari segi tampilannya, lebih mirip yang Brick Game. Berikut ulasannya.
Tampilan Sederhana
Dari segi tampilan, Brick Game ini mirip dengan Tetris jadul alias si Gimbot, karena warna dan bentuk potongan puzzle-nya yang serupa.
Begitu juga bagian menu-menu yang ada pada sisi kanan seperti Options, Pause/Start, Sound, Reset, dan si bulat besar Rotate Direction.
Sedangkan pada bagian navigasi terdapat pada sisi bagian kiri yaitu: Quick Levels, Left Speed, Down Level, Right Speed.
Dari Segi Suara
Bagian sound atau suara, rejekingalir.com merasa masih sama seperti Tetris jadul, misalnya ketika bentuk puzzle-nya yang berubah-ubah demi bisa masuk ke bagian puzzle lainnya.
Begitu juga saat kepingan puzzle menutupi bagian layar, dan sukses mendapatkan poin, suaranya pun juga masih sama.
Apalagi, ketika mode kalah, yaitu saat semua puzzle tertumpuk tanpa mendapatkan poin, nah bagian ini juga sama bunyinya.
Nostalgia Seru Meski Tetap Ada Bedanya
Dari pembahasan di atas bisa disimpulkan banyak kesamaan antara aplikasi Brick Game dengan Gimbot, sehingga bisa melahirkan nuansa nostalgia yang seru. Namun, tetap saja ada perbedaannya. Hal yang mendasar adalah perangkatnya. Bila bermain Gimbot, kita bermainnya pada benda yang memang satu game itu saja.
Sedangkan kalau lewat aplikasi, maka kita harus mengunduhnya, kemudian bermainnya disesuaikan dengan perangkat yang ada, jika di ponsel maka tampilannya akan kecil, sedangkan jika mainnya di tablet maka akan lebih besar tampilannya dari Gimbot aslinya.
Walau demikian, permainan ini tetap asik dimainkan di masa seperti ini, yang nota bene sudah bertabur banyak aplikasi game. Rasa berdebarnya masih terasa, apalagi ketika speed (kecepatan) puzzle yang muncul untuk turun makin cepat.
Lengah sedikit saja, sudah langsung menumpuk di atas, tanpa bisa dikendalikan untuk geser ke kanan atau ke kiri, maupun untuk diubah bentuk puzzle-nya.
Kalau pembaca blog rejekingalir.com apakah masih ada yang memainkan Gimbot? Atau mengunduh aplikasi yang seperti Gimbot? Atau malah ada rekomendasi game jadul yang siapa tahu cocok buat saya mainkan, langsung beri tahu di kolom komen ya ^_^
3 komentar
Makin gemes kalau naik level, karena balk-balok akan semakin cepat turun. Padahal harus diubah-ubah biar pas susunannya hehehe
Ternyata ada yang lebih mirip sama Gimbot tho. Coba ah. Aku mau download Brick Game dulu.